Guru dan Pembelajar Sepanjang Hayat

Aktifitas kegiatan dan best practice dalam kegiatan pembelajaran.

Kolaborasi Dalam Berbagi Aksi

Sahabat Teknologi Sumatera Selatan Tahun 2024 dalam Pembelajaran Berbasis TIK

Teknologi itu bisa menjadi Asyik, Seru, Interaktif dan Menyenangkan

Guru harus mampu menyesuaikan dengan kodrat zaman, kreatif, inovatif dalam Pembelajaran

Create Your Future

Ingin mengubah dunia? Mulailah dengan mengubah dirimu sendiri

Embrace the Challenge and Believe your self

Dengan merangkul setiap tantangan dan percaya pada diri sendiri, kamu akan membuka pintu menuju kesuksesan yang tak terbatas

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang guru dan pembelajar sepanjang hayat

Sabtu, 21 Februari 2009

MENGUNGKAP PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM DAN KURIKULUM PAI BERBASIS KOMPETENSI

MENGUNGKAP PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM DAN KURIKULUM PAI BERBASIS KOMPETENSI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

Dosen Pengampu: Drs. Rofik, M.Ag

Oleh:
Ika Lathifah
0441 0666


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2006
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan pada umumnya dan khususnya pendidikan Islam, tujuannya tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai proses alih nilai ajaran Islam (transfer of value). Tujuan pendidikan Islam menjadikan manusia yang bertaqwa, manusia yang dapat mencapai Al Falaah, kesuksesan hidup yang abadi, dunia dan akhirat.
Kompetensi merupakan keterampilan, sikap, dan nilai yang harus dimiliki oleh individu dalam melaksanakan tugas-tugas dengan baik. KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Alam dimana kita mengalami perubahan secara terus menerus demikian juga masyarakat dengan kebudayaannya. Perubahan itu berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan, change is a never ending process.[1]
Paradigma berasal dari bahasa Greek yaitu para yang artinya disini atau disamping dan digma yang artinya contoh, pola atau model. Pendidikan Islam sebagai paradigma pembebasan. Sebagai contoh pola atau model pembebasan umat manusia.[2]
Rezim orde baru yang otoriter telah melahirkan sistem pendidikan yang tidak mampu melakukan pemberdayaan masyarakat secara efektif, meskipun secara kuantitatif rezim ini mampu menunjukkan prestasi yang cukup baik dibidang pendidikan. Kemajuan-kemajuan pendidikan secara kuantitatif kita rasakan selama orde baru berkuasa.[3]
Paradigma baru akan menentukan posisi atau reposisi dan reaktualisasi pendidikan nasional dalam upaya kita mewujudkan masyarakat Indonesia baru. Dalam makalah ini sedikitnya akan membahas tentang paradigma baru pendidikan Islam masa reformasi serta kurikulum berbasis kompetensi 2004.

BAB II
PEMBAHASAN
Keterkaitan Reformasi Politik dengan Pendidikan Islam di Indonesia
Reformasi merupakan istilah yang amat populer pada masa krisis dan menjadi kata kunci dalam membenahi seluruh tatanan hidup berbangsa dan bernegara di tanah air tercinta ini, termasuk reformasi dibidang pendidikan. Reformasi pendidikan dan refleksi praksis pendidikan kontemporer merupakan sebuah miniatur hidup yang sarat dengan persoalan. Refleksi demi refleksi dimunculkan agar dunia pendidikan tidak terjebak pada stigma yang terentang panjang dan tidak termaafkan. Jika kita mau berfikir dengan menempatkan pendidikan dalam dataran rohani, pendidikan tidak memiliki titik henti yang sudah pasti terminalnya, tetapi merupakan sebuah roda yang terus berputar seiring dengan denyut kehidupan itu sendiri.
Reformasi pendidikan merupakan hokum alam yang akan mencari jalannya sendiri, khususnya memasuki masa millennium ketiga yang mengglobal dan sangat ketat dengan persaingan. Agar kita tidak mengalami keterkejutan budaya dan merasa asing dengan dunia kita sendiri, reflesi praksis pendidikan ini setidaknya merupakan sebuah potret diri agar dikemudian hari, kita tidak lupa dengan wajah diri kita sendiri.
Kehidupan pada millennium ketiga benar-benar berada pada tingkat persaingan yang sangat ketat. Artinya siapa saja yang tidak memenuhi persyaratan kualitas global akan tersingkir secara alami dengan sendiinya. Kita tidak boleh lagi selalu membanggakan keberhasilan masa lalu tanpa mengkaji ulang relevansi keberhasilan itu dengan setting kehidupan global masa kini dan masa yang akan datang. Dalam melakukan reformasi pendidikan kita harus tetap berpegang pada tantangan masa depan yang penuh dengan persaingan global. Kita semua perlu melakukan instropeksi, apakah sekiranya sebagai bangsa, kita sudah yakin memiliki kemampuan seperti yang dituntut dalam persaingan global.
Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Kualitas sumber daya manusia (SDM) kita masih rendah. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya krisis ekonomi dan politik yang sampai saat ini kita tidak pernah tahu kapan krisis itu akan berakhir.
Pada era globalisasi seperti ini, pendidikan harus melakukan reformasi dan inovasi dalam proses belajar mengajar secara terus menerus.[4]
Oleh karena itu, dalam era globalisasi saat ini sektor pendidikan perlu difungsikan sebagai ujung tombak untuk mempersiapkan sumber daya manusia dan sumber daya bangsa agar memiliki unggulan kompetetif dalam berbangsa dan dan bernegara ditengah-tengah kehidupan dunia yang semakin global.[5]
Maka keterkaitan antara proses pendidikan dan kehidupan politik dalam arti bahwa pendidikan tidak terlepas dari politik dan politik itu sendiri adalah pendidikan. Pendidikan adalah metode yang paling fundamental didalam kemajuan sosial dan reformasi.

B. Upaya dan Langkah Memperbaharui dan Memperbaiki
Pendidikan Islam menuju pendidikan Islam yang reformis. Para reformis modern mengklaim bahwa Islam adalah agama rasional. Sebuah klaim yang dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Islam itu terbuka terhadap ide-ide kreatifitas dan kemajuan baru. Ia datang sebagai hasil dari tekanan untuk menyakinkan kebudayaan manusia modern yang meragukan kemampuan Islam sebagai pembimbing kehidupan modern. Karena itu, mereka menulis karya-karya yang menempatkan rasionalitas pada posisi penting dalam pembahasan-pembahasan teologis.[6]
Untuk menghapuskan ciri dan akses negatif proses dan hasil pendidikan selama masa orde baru, pemerintah saat ini perlu dengan sadar mengambil berbagai kebijakan reformasi secara substansial. Kebijakan itu perlu memperhatikan berbagai persoalan yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa ini. Oleh karena itu, perlu ditempuh berbagai langkah baik dalam bidang manajemen, perencanaan sampai pada praksis pendidikan ditingkat mikro. Langkah-langkah reformasi pendidikan untuk meyongsong millennium III yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokrasi bangsa sehingga memungkinkan terjadinya proses pemberdayaan seluruh komponen masyarakat secara demokratis.
2. Pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar tercapai partisipasi masyarakat secara menyeluruh sehingga secara mayoritas seluruh komponen bangsa yang ada dalam masyarakat terdidik.
3. Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada pengembangan potensi dan kreatifitas siswa dalam totalitasnya. Oleh karena itu, tolak ukur keberhasilan pendidikan dasar tidak semata-mata hanya mengacu pada NEM (Nilai Ebtanas Murni). Persoalan-persoalan yang terkait dengan paradigma baru mengenai keberhasilan seseorang perlu mendapatkan perhatian secara implementatif.
4. Substansi pendidikan nasional dijenjang pendidikan menengah dan pendidikan perguruan tinggi hendakna membuka kemungkinan untuk terjadinya pengembangan individu secara vertical dan horizontal.
5. Pendidikan di Perguruan Tinggi hendaknya jangan semata-mata hanya berorientasi pada penyiapan tenaga kerja.
6. Pendidikan Perguruan Tinggi hendaknya diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar memungkinkan setiap Perguruan Tinggi untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing dan tuntutan yang dihadapinya.
7. Pengembangan akademik di Perguruan Tinggi perlu adanya fleksibilitas yang tinggi agar tercipta kondisi persaingan akademis yang sehat.
8. Pendidikan nasional hendaknya mendapat proporsi alokasi dana yang cukup memadai agar dapat mengembangkan program-program yang berorientasi pada peningkatan mutu, relevansi, efisiensi dan pemerataan.
9. Pendidikan nasional perlu mengembangkan system pembelajaran yang egaliter dan demokratis.
10. Manajemen Pendidikan Dasar hendaknya berada dalam satu sistem agar terjadi efisiensi administrasi dan efisiensi pembinaan akademik para guru.
11. Pengembangan sekolah perlu menggunakan pendekatan community basesd education.
12. Guru harus diberdayakan secara sistematik.
13. Untuk menjaga relevansi outcome pendidikan, perlu diimplementasikan filsafat rekontruksionisme dalam berbagai tingkat kebijakan dan praksisi pendidikan.
14. School based management perlu dikembangkan dalam kerangka desentralisasi atau devolusi pendidikan.
15. Perguruan Tinggi perlu dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip otonomi dan accountability quality assurance.
16. Perlu adanya peningkatan anggaran secara signifikan.
17. Perlu menetapkan model rekrutmen pejabat pendidikan secara professional, sehingga dapat diperoleh the right man in the right place. Pada masa Orde Baru, rekrutmen pejabat pendidikan tidak memperhatikan prinsip tersebut sehingga tidak jarang menghasilkan rekrutmen yang salah the right man in the wrong place, atau bahkan the wrong man in the right place.
Reformasi pendidikan memasuki millennium III ini terasa sangat mendasar dan perlu ada realisasi nyata. Dengan demikian fondasi dan pilar-pilar yang dibangun akan mampu berdiri kokoh menghadapi terpaan dan gelombang sebesar apapun.[7]
Pendidikan islam juga harus mampu mengantisipasi masa depan umat Islam yang akan berhadapan dengan berbagai ideologi besar dan tantangan-tantangan lain.[8]
Dengan langkah-langkah reformasi pendidikan diharapkan pendidikan di Indonesia berjalan lancar, sehingga Pendidikan Islam akan lebih baik dari sebelumnya atau menuju pendidikan Islam yang reformis.
C. Nilai dan Makna Perubahan Pendidikan Islam Masa Reformasi
Keteladanan mengenai kejujuran, keadilan, kerja keras, penghargaan atas hak-hak asasi manusia merupakan sosialisasi dan pendidikan nilai yang luar biasa pengaruhnya.
Keseimbangan pendidikan nilai diletakkan dalam kaitan penyampaian kebebasan.[9] Pendidikan sebagai upaya humanisasi seringkali terbentur dengan sistem pendidikan nasional yang diatur oleh Negara.[10]
Menurut UU no 2 tahun 1989, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembnagkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.[11]
UU Sisdiknas ini lahir dalam konteks politik reformasi dan berada pada fase transisi demokrasi. Harapan lainnya, bahwa UU Sisdiknas ini tidak sekedar mengatur tentang hak mendapat agama bagi peserta didik, melainkan juga berkaitan dengan bagaimana para pemilik modal bersaing untuk investasi bisnis dalam ranah pendidikan.[12]
Melalui pendidikan dilakukan upaya penguatan kualitas, pembentukan karakter generasi bangsa, peningkatan kesejahteraan social, dan melahirkan warga Negara yang demokratis, inklusif, toleran dan multicultural. Dengan adanya perubahan dalam pendidikan Islam masa reformasi diharapkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya bangsa Indonesia agar memiliki unggulan kompetetif dalam berbangsa dan bernegara ditengah-tengah dunia yang semakin berkembang dengan pesat.
Pada masa Orde Baru yang otoriter telah melahirkan system pendidikan yang tidak mampu melakukan pemberdayaan masyarakat secara efektif dan terjadi keterkekangan, maka pada masa reformasi ini muncul kebebasan penuh. Dengan munculnya kebebasan mutlak diharapkan pendidikan khususnya Pendidikan Islam mampu menjawab semua tantangan dunia modernisasi saat ini dan mencetak generasi bangsa yang unggul sesuai dengan cita-cita pendidikan Islam.

PAI Berbasis Kompetensi
Kehidupan dan peradaban manusia diawal millennium III ini, mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomene itu, manusia berpacu dalam mengembangkan pendidikan disegala bidang ilmu termasuk penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Namun bersamaan dengan itu, muncul sejumlah krisis kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya peranan serta efektifitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik maka kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Kenyatannya, seolah-oleh pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi kearah itu. Setelah ditelusuri pendidikan agama menghadapi berbagai kendala, antara lain : waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.[13]
Dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, diawal millennium III ini telah dikembangkan kurikulum pendidikan agama secara nasional yaitu kurikulum yang ditandai dengan cirri-ciri antara lain :
1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) daripada penguasaan materi.
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.[14]
Mengacu pada pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh Depdiknas, yaitu kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kompetensi pendidikan agama Islam ialah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar ajaran Islam. Direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dalam kehidupan sehingga memungkinkan seseorang menjadi kompeten atau dalam pengertian lain siswa dapat mengamalkan atau mengaplikasikan ajaran Islam.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa KBK PAI merupakan seperangkat instrument/alat perencanaan dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa.
Kurikulum PAI berbasis kompetensi sifatnya lebih umum dibandingkan kurikulum 1994, ini diharapkan lebih membantu guru, karena dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil belajar siswa, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran.


BAB III
SIMPULAN
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia untuk menjalani kehidupan sosialnya. Maju mundur dan baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalaninya. Pendidikan Islam telah meerangkul semua prinsip dan tujuan pendidikan dan jika dibandingkan dengan pendidikan pada umumnya, maka beban yang akan dipikul oleh pendidikan Islam amatlah berat.
Kurikulum berbasis kompetensi bersifat ilmiah karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakikat anak didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Maka pendidikan Islam berperan penting pada masa apapun. Dengan mengungkap paradigma baru pendidikan Islam masa reformasi, kita dapat mengambil hikmahnya pada masa sekarang ini melalui pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah meninggikan derajat dan martabat manusia atau lebih memanusiakan manusia dan tidak terkekang oleh suatu hegemoni pendidikan atau membebaskan seseorang dari berbagai kungkungan.


DAFTAR PUSTAKA
Darmaningtyas, dkk. Membongkar Ideologi Pendidikan, Yogyakarta : Resolusi Press Yogyakarta, 2004.
Hamin, Thoha. Paham Keagamaan Kaum Reformis, Yogyakarta : PT.Tiara Wacana Yogya, 2000.
Kartono, St. Menembus Pendidikan yang Tergadai, Yogyakarta : Galang Press Yogya, 2002.
Maarif A.Syafii, dkk Praktiknya M.Rusli Kaarim. Soerojo. Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta : PT.Tiara Wacana Yogya, 1991.
Mangunwijaya, Y.B. Impian dari Yogyakarta. Jakarta : Penerbit buku Kompas, 2003.
Mustafa, A & Abdullah Aly. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. Bandung : CV.Pustaka Setia.1998.
Suyanto. Dihad HAsyim. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2000.
Abdul Majid. Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.

[1] A.Syafii Maarif, dkk. Praktiknya M.Rusli Karim Soerojo, Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta ; PT. Tiara Wacana Yogya, 1991), hal.43
[2] Ibid, hal.17.
[3] Y.B. Mangunharjo, Impian dari Yogyakarta (Jakarta ; Penerbit buku Kompas, 2003), hal 56.
[4] Suyanto. Djihad Hasyim, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III (()ogyakarta ; Adicita Karya Nusa, 2000), hal. 35.
[5] Ibid, hal.8.
[6] Thoha Hamim. Paham Keagamaan Kaum Reformis (Yogyakarta ; PT.Tiara Wacana Yogya, 2000), hal.19.
[7] Suyanto. Djihad Hasyim. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III (Yogyakarta ; Adicita Karya Nusa, 2000), hal.8-13.
[8] A.Syafii Maarif dkk Praktiknya M.Rusli Karim. Soerojo, Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta ; PT Tiara Wacana Yogya, 1991), hal.39.
[9] St.Kartono. Menembus Pendidikan yang Tergadai, (Yogyakarta ; Galang Press Yogya, 2002), hal. 157.
[10] Darmaningtyas, dkk. Membongkar Ideoloi Pendidikan (Yogyakarta ; Resolusi Press, 2004), hal.5.
[11] A. Mustafa & Abdullah Aly. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, (Bandung ; CV Pustaka Setia, 1998), hal. 139.
[12] Darmaningtyas, dkk. Membongkar Ideologi Pendidikan, (Yogyakarta ; Resolusi Press, 2004), hal.7
[13] Abdul Majid. Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung ; Remaja Rosdakarya, 2004), hal.81.
[14] Ibid, 84.

Kamis, 19 Februari 2009

Bimbingan Konseling

Bimbingan Pribadi
· Pengertian : Menemukan dan mengembangkan potensi diri sehingga menjadi mantap serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
· Materi Pokok Bimbingan Pribadi :
Pemantapan sikap agamis atau pemantapan sikap dan kepribadian melalui peningkatan iman dan taqwa.
Pemahaman kemampuan dan potensi diri.
Pemahaman tentang bakat dan minat.
Pemahaman tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki.
Pemahaman tentang kekurangan yang dimiliki.
Kemampuan untuk mengambil keputusan serta mengarahkan diri.
Perencanaan dan pelaksanaan hidup sehat, kreatif dan produktif.

Bimbingan Sosial
Pengertian : Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk mengenal lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik sehingga menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Materi pokok bimbingan sosial :
Pengembangan kemampuan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
Pengembangan kemampuan menyampaikan dan menerima pendapat.
Pengembangan kemampuan bersosialisasi baik di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Pengembangan kemampuan menjalin hubungan secara harmonis dengan teman sebaya.
Pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara konsisten dan tanggung jawab.
Pemahaman tentang hubungan antara lawan jenis dan akibat yang ditimbulkannya.
Pemahaman tentang hidup berkeluarga.

Bimbingan Belajar.
Pengertian : Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik, mengembangkan rasa ingin tahu dan menumbuhkan motivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Materi Pokok Bimbingan Belajar :
Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar secara efektif dan efisien.
Pengembangan kemampuan membaca dan menulis (meringkas) secara cepat.
Pemantapan penguasaan materi pelajaran sekolah berupa remedical atau pengayaan.
Pemahaman tentang pemanfaatan hasil tekhnologi (komputer, internet, dll) bagi pengembangan pengetahuan.
Pemanfaataan kondisi fisik, sosial, dan budaya bagi pengembangan pengetahuan.
Pemahaman tentang pemanfaatan perpustakaan.
Orientasi belajar di Perguruan Tinggi (jenjang pendidikan) lebih tinggi.

Bimbingan Karier.
Pengertian : Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk dapat merencanakan dan mengembangkan masa depannya, berkaitan dengan dunia pendidikan maupun dunia karir.
Materi Pokok Bimbingan Karier :
Pemahaman tentang bakat, minat dan kemampuan diri berkaitan dengan karier yang akan dikembangkan.
Pemahaman tentang berbagai macam profesi sebagai alternatif pengembangan karier.
Pemahaman dan pengembangan kemampuan wirausaha.
Pemahaman tentang berbagai macam jurusan dibidang pendidikan.
Pengembangan kemampuan berkompetisi.
Pemahaman tentang strategi memilih sekolah tinggi (lembaga pendidikan) dan menemukan jurusan.
Pengembangan kemampuan manajemen dan kepemimpinan.

Layanan Orientasi
Pengertian : Sebuah layanan yang diberikan kepada siswa (baru) khususnya dalam rangka mengenalkan lingkungan sekolah, yang bertujuan agar siswa tersebut dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolah maupun dengan aturan-aturan yang ada sehingga siswa lebih mudah melaksanakan proses belajar dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki .
Materi pokok layanan orientasi :
Sistem penyelenggaraan pendidikan.
Kurikulum, mata pelajaran dan program belajar.
Penyelengaraan proses belajar mengajar.
Kegiatan belajar siswa yang diharapkan.
Sistem penilaian dan kenaikan kelas.
Fasilitas dan bimbingan yang ada.
Fasilitas penunjang, seperti ; olahraga, kesehatan, kafetaria dll.
Staf pengajar dan tata usaha.
Tata tertib, hak dan kewajiban siswa.
Organisasi siswa.
Organisasi orang tua dan siswa.
Oganisasi sekolah secara menyeluruh.

Layanan Penempatan dan Penyaluran.
Pengertian : Layanan yang menempatkan siswa pada posisi yang tepat dan menyalurkan segenap potensi, bakat dan minatnya secara optimal.
Layanan Penemapatan dan Penyaluran meliputi :
Penempatan didalam kelas.
Penempatan dan Penyaluran dalam kelompok belajar.
Penyaluran pada kegiatan ekstra dan kurikuler.
Penempatan jurusan dan program studi.
Penyaluran lulusan.
Manfaat Layanan Penempatan dan Penyaluran :
Membantu siswa agar mampu menempatkan, menyalurkan dan merealisasikan dirinya pada keadaan posisi yang tepat.
Menyalurkan segala kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat berkembang secara optimal dan memperoleh kepuasaan.
Memberikan kemudahan bagi guru dalam pengelolaan kelas dan program pengajaran.
Layanan penempatan dan penyaluran harus dilaksanakan secara obyektif dan rasional oleh karena itu perlu kegiatan pendukung berupa aplikasi instrumen dan pengumpulan data.
Beberapa data siswa yang diperlukan :
Kondisi fisik (panca indera kesehatan fisik, jenis kelamin).
Kemampuan akademik dan kecerdasan.
Kondisi psikofisik (sosialisasi, penyesuaian diri, karakter dan kepribadian).

Layanan Konseling Individu
Pengertian : Layanan yang berupa layanan khusus, hubungan langsung antara konselor dengan klien berupa tatap muka secara langsung, untuk memecahkan berbagai masalah dan mngembangkan segenap potensi yang dimiliki.
Materi pokok layanan konseling individu :
Pemahaman dari sekolah.
Pencegahan perilaku yang menyimpang.
Problem solving.
Pemeliharaan dan pengembangan potensi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam layanan konseling yaitu :
1. Layanan konseling diselenggarakan secara resmi, artinya teratur, terarah dan terkontrol, terarah, dan terkontrol secara tidak diselenggarakan secara acak/seadanya saja. Rambu-rambu pokok dalam pelaksanaan konsseling adalah kerahasiaan keterbukaan dan tanggung jawab pribadi.
Ciri-ciri layanan konseling ini adalah :
a. Layanan tersebut merupakan usaha yang disengaja.
b. Tujuan layanan tiada lain untuk kepentingan dan kebahagiaan klien.
c. Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah ditetapkan.
d. Metode dan teknik layanan berdasarkan pada teori yang telah terisi.
e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.
2. Mengatasi masalah melalui konseling.
· Langkah-langkahnya :
a. Pemahaman masalah.
b. Analisis sebab timbulnya masalah.
c. Aplikasi metode khusus.
d. Evaluasi.
e. Tindak lanjut.
3. Tahap-tahap mengatasi masalah melalui konseling :
a. Klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah.
b. Klien menyadari dirinya tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri dan menyadari bahwa ia memerlukan bantuan orang lain.
c. Klien mau mencari orang yang mau, mampu dan bertanggung jawab dalam membantu memecahkan masalah dirinya.
d. Klien dituntut untuk aktif dalam proses konseling.
e. Klien benar-benar mau mengubah sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Teknik Konseling.
a. Konseling direktif adalah konseling yang dilakukan secara langsung. Dalam konseling direktif, klien bersifat pasif (menerima perlakuan dan keputusan konselor), sedangkan konselor bersifat aktif. Konseling direktif beraliran behavioristik yang berorientasi pada pengubahantingkah laku secara langsung.
· Langkah-langkah Konseling Direktif :
a) Analisis data tentang klien.
b) Sintesis data, untuk mengenali kekuatan dan kelemahan klien.
c) Diagnosis masalah.
d) Prognosis/prediksi tentang perkembangan selanjutnya.
e) Pemecahan masalah.
f) Tindak lanjut dan peninjauan hasil konseling.
b. Konseling non direktif adalah upaya bantuan pemecahan masalah yang berpuasat pada klien. Klien bebas mengungkapkan permasalahan, perasaan, dan pikiran serta pemecahan masalah terletak pada diri klien sendiri, sedangkan peranan konselor adalah menyipakan suasana agar potensi dan kemampuan klien berkembang secara optimal.

Layanan Konseling Kelompok.
Pengertian : Layanan yang diberikan kepada sekelompok individu gunan mengatasi masalah yang relatif sama, sehingga mereka tidak mengalami hambatan untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, karena bisa dikaitkan sehinga suatu kelompok menyangkut tujuan, keanggotaan, kepemimpinan, dan aturan.
Layanan Konseling kelompok bertujuan untuk memberikan layanan bimbingan konseling kepada sekelompok individu yang homogen , ditandai dengan :
1. Kesamaan anggota kelompok (usia tingkat kelas).
2. Masalah yang dialami anggota kelompok sama.
3. Tindak lanjut bimbingan konseling dari diterimanya informasi sama.
4. Reaksi/kegiatan ynag dilakukan anggota kelompok relatif sama.

Metode dalam penerapan kognitif tinjauan psikologi belajar

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah
Islam sebenarnya memiliki ajaran yang membebaskan. Islam menerangkan bahwa Allah telah menjadikan manusia sebaik-baik makhluk, sebagai khoiru ummah dan sebagai khalifah fi al-ardh. Dari itu, Allah memberikan akal sebagai bekal kepada manusia. Sebagai khalifah manusia mamikul tanggung jawab yang cukup berat dalam memelihara, mengembangkan dan mangambil manfaat dari apa yang dititipkan oleh Allah di dunia. Semuanya diberikan kapada manusia supaya dapat memikirkan, menghayati ayat-ayat yang telah diciptakan-Nya (insan ulul albab) dan menyerahkan kembali seluruh kedirian manusia kepada Allah Sang Pencipta.
Salah satu cara untuk melaksanakan amanat dari Allah adalah melalui pendidikan. Yakni bahwa pesan-pesan yang diwahyukan Allah SWT mesti disampaikan dan diajarkan dengan mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan konsepsi tentang manusia, alam dan isinya. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat menjadi sebuah usaha pencarian pengetahuan, nilai dan sebagainya hingga pada tujuan puncak, yaitu menemukan jati diri manusia agar dapat menjalankan ibadah dengan salih kepada Allah dan mu’amalah dengan sesama makhluk-Nya.
Namun kenyataannya, pendidikan khususnya pendidikan Islam belum mampu membentuk anak didik yang berkepribadian Islam, yang mampu berperan sebagai khalifah yang ulul albab. Dewasa ini pendidikan hanya mencapai pada aspek inteletualitas anak didik belaka, tanpa mengembangkannya lebih lanjut untuk bagaimana peserta didik memulai untuk berfikir kemudian bertafakkur atas apa yang telah diberikan dan dicipatakan Allah di alam semesta.
Banyak hal penyebab tidak maksimalnya hasil proses belajar mangajar, salah satunya adalah penggunaan metode yang kurang tepat.
Metode apakah yang sebaiknya digunakan dalam mengembangkan potensi Aqliyah anak didik yang notabene merupakan bagian tak terpisahkan dari mereka sebagai kholifah fi al-ardh?


BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
1. Teori Kognitif
Ahli psikologi berpendapat bahwa prinsip teori tingkah laku hanya memberikan bagian dari pertanyaan tentang bagaimana kita belajar. Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia.[1]
Untuk melakukan ini kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita pelajari. Dua siswa mungkin dalam kelas yang sama, tetapi belajar dua pelajaran yang berbeda. Apa yang dipelajari setiap siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing-masing siswa dan bagaimana informasi baru diproses.
Keduanya ahli teori tingkah laku dan ahli teori kognitif berpendapat, reinforcement penting dalam belajar, tetapi alasan mereka berbeda. Ahli teori tingkah laku menyatakan bahwa, reinforcement memperkuat respons, sementara ahli kognitif melihat reinforcement sebagai sumber umpan balik (feedback). Umpan balik ini memberi informasi tentang apa yang barangkali terjadi jika tingkah laku itu diulang. Dalam pandangan teori kognitif, reinforcement untuk siswa adalah mengurangi ketidaktentuan dalam mencapai suatu penguasaan perasaan dan pengertian. Dengan kata lain, reinforcement datang dari gagasan pengertian untuk menyempurnakan tujuan.[2]
Bransford menguraikan singkat tentang teori kognitif. Yang penting dalam hal ini ialah bagaimana orang belajar, mengerti dan mengingat informasi, dan mengapa beberapa orang dapat melakukan dengan baik dan yang lain tidak. Kenyataannya, ahli-ahli psikologi kognitif lebih cenderung menyelidiki aspek-aspek penting dalam belajar, seperti bagaimana orang dewasa mengingat informasi verbal atau bagaimana anak-anak memahami cerita-cerita. Mereka tidak mencari hukum-hukum umum belajar yang menerapkan semua organisme (binatang, manusia) dalam semua situasi. Mereka lebih berminat dalam bentuk-bentuk belajar pada manusia yang dapat mengemukakan alasan dan menyelesaikan masalah, bahasa dan sebagainya. Jadi, kita tidak dapat menyampaikan satu teori secara keseluruhan dan mengatakan bahwa ini adalah teori kognitif.
Dalam teori ini terdapat dua kategori penting yaitu processing approach (pendekatan proses informasi) yang mempercayakan terutama kepada komputer sebagai model untuk belajar dan untuk ingatan manusia.[3]
Sistem pengolahan informasi
Dunia penuh dengan informasi. Pemandangan, suara, bau, rasa, dan musik mengelilingi kita setiap waktu. Bagaimana kita menerima, mengingat, dan memproses informasi? Akhir-akhir ini kita telah diberi kesan oleh kemampuan komputer yang luar biasa untuk menyelesaikan masalah. Dalam bidang-bidang tertentu komputer dapat menunjukkan prestasinya, akan tetapi, bagaimanapun juga kemampuan mental manusia yang kita anggap benar bahwa komputer tidak dapat mnyelesaikan dan mungkin tidak akan dapat menguasainya.
Proses informasi
Informasi secara tetap masuk pikiran kita melalui indera kita. Sebagian besar dari informasi ini segera kita buang tanpa kita sadari. Sedangkan beberapa disimpan dalam ingatan kita untuk beberapa saat, dan kemudian terlupakan. Dalam pendidikan yang penting untuk diterima adalah informasi yang berguna, keterampilan, dan sikap kedalam pikiran siswa dengan cara apapun, sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka simpan jika mereka membutuhkan.
Ingatan jangka pendek
Ingatan jangka pendek yaitu suatu sistem penyimpanan sementara yang dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan jangk pendek ini adalah bagian dari ingatan, dimana informasi yang baru saja didapat disimpan. Pikiran memberi kesempatan kepada informasi untuk disimpan sebentar dalam ingatan jangka pendek kita. Jika kita berhenti berpikir tentang sesuatu, informasi itu akan hilang dari ingatan jangka pendek kita.
Ingatan jangka panjang
Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah bagian dari sistem ingatan yang menyimpan informasi dalam jangka waktu lama. Ingatan jangka panjang mempunyai daya tampung yang tidak terbatas. Baik dari segi informasi yang dapat disimpan maupun dari segi waktunya informasi akan disimpan.[4]
Implikasi teori kognitif dalam pendidikan
a. Strategi mengajar
Guru-guru dapat membantu siswa untuk menaruh perhatian pada pelajaran.. Dalam hal ini akan membantu siswa dalam :
1) Memusatkan perhatian
2) Mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak biasa
3) Belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru
4) membantu siswa mengingat kembali innformasi yang telah dipelajari sebelumnya
5) Membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi.[5]
b. Strategi untuk membantu siswa mengingat
Lindsay dan Norman(1987) menyampaikan tiga aturan umum untuk memperbaiki ingatan. Pertama, menghafal memerlukan usaha; ini sering tidak mudah. Kedua, materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan hal-hal lain. Ketiga, menghafal atau mengingat memerlukan organisasi. Dalam mengingat, siswa bisa menggunakan bantuan Mnemonic yaitu suatu metode untuk mengingat yang menekankan atau membentuk struktur bagi hal-hal atau benda-benda yang perlu diingat sehingga mempermudah mengingat kembali.[6]
c. Kemampuan metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan yang berasal dari proses kognitif kita sendiri beserta hasil-hasilnya. Dalam memonitor prestasi siswa, dapat menggunakan strategi yang berbeda agar belajar dan mengingat dapat berkembang bersamaan dengan umur. Mengidentifikasi hal-hal penting, mengecek untuk menentukan apakah siswa mengerti, mengubah strategi jika yang satu tidak bekerja, merencanakan, meramalkan hasil, memutuskan bagaimana menggunakan waktu, dan melatih kembali informasi, membentuk hubungan dengan bayanagn atau kesan, menggunakan mnemonic dan mengatur bahan-bahan baru, membuat bahan-bahan itu lebih mudah untuk diingat.[7]
d. Model pengajaran
1. Jerome Bruner: Discovery Learning
Bruner berpendapat bahwa peranan guru harus menciptakan situasi dimana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa. Oleh karena itu pembelajaran harus mendorong siswa melakukan kegiatan sendiri dengan memasukkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sehingga mereka mendapatkan pengalaman dan eksperimen untuk menentukan prinsip bagi mereka sendiri.
2. David Ausubel: Reception Learning
Ausubel berpendapat bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar adalah apa yang diketahui oleh siswa. Ahli teori ini menyarankan agar guru menyusun situasi belajar, memilih materi yang tepat untuk siswa, dan kemudianmenyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari yang umum ke hal-hal yang lebih terperinci.[8]
3. Peran akal dalam pandangan Islam
Konsep Islam menerangkan kepada kita bahwa akal adalah karunia dari Allah SWT yang harus disyukuri
Akal adalah kekuatan yang luar biasa, selama mereka konsisten dengan konsep Allah SWT. Agar nikmat yang agung ini mampu mengemban tugas dan perannya dengan baik dan benar tanpa ada penyelewengan dan kesalahan, maka Islam mengatur tugas-tugasnya dengan jelas dan terperinci.
Salah satu tugas akal adalah berfikir tentang materi yang dapat ditangkap oleh indera. Sarana untuk mengetahui pengetahuan tentang makhluk di alam raya ini adalah indera yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menangkap semua hal yang bersifat materi. Kemudian informasi tersebut berpindah dari indera kepada sel otak, lalu diolah di dalam sel otak penangkap yang bertugas merangkai semua informasi yang masuk.
Oleh karena itu, akal yang dibingkai dengan konsep Islam akan terjaga keselamatannya dari kesesatan dan kebingungan dalam memahami alam gaib tanpa dalil. Hal itu kan mengarahkan akal untuk beraktivitas dalam materi yang kongkrit saja, sehingga tercipta konsep ilmiah yang benar dikalangan kaum muslim, memperbanyak karya ilmiah dalam segmen kehidupan manusia, baik dibidang fiqih, ilm alam, maupun ilmu lain.[9]
Design Pembelajaran
- Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
- Kelas/Semester : X/1
- Aspek : al-Qur’an
- Standar Kompetensi : Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
- Kompetensi Dasar :
# Membaca QS al-Mukminun 12-14
# Menyebutkan arti QS al-Mukminun 12-14
# Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS al-Mukminun 12-14
- Materi :
# pengertian QS al-Mukminun 12-14
ô‰s)s9ur $oYø)n=yz z`»¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß™ `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR ’Îû 9‘#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜ‘Z9$# Zps)n=tæ $uZø)n=y‚sù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=y‚sù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u‘$t7tFsù ª!$# ß`¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

# kandungan QS al-Mukminun 12-14
# mengimplementasikan QS al-Mukminun 12-14 dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan posisi manusia sebagai khalifah yng mempunyai potensi akal.
- Indikator :
# Siswa dapat membaca QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat mengidentifikasi tajwid QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat mengartikan per-kata QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat mengartikan per-ayat QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat menterjemahkan QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat mengidentifikasi perilaku khalifah dalam QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat mempraktikkan perilaku khalifah sesuai dengan QS al-Mukminun 12-14
# Siswa dapat menunjukkan perilaku khalifah dalam kehidupan.
- Strategi mengajar:
1) Memusatkan perhatian
Dalam permulaan pelajaran guru dapat membuat kontak mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa. Ada beberapa saran untuk menarik perhatian siswa.
a. katakan kepada siswa tujuan mata pelajaran yang anda berikan
b. tunjukkan bagaimana belajar mata pelajaran yang nantinya berguna bagi siswa
c. tanyakan pada siswa mengapa mereka berpikir bahwa mata pelajaran ini penting bagi mereka.
d. bangkitkan keingin tahuan mereka dengan pertanyaan.
e. ciptakan suatu kejutan dengan mempertunjukkan suatu kejadian yang tidak diharapkan, seperti argumentasi yang keras sebelum komunikasi pelajaran.
f. mengubah lingkungan fisik dengan mengatur kelas dan menciptakan situasi yang berbeda
g. pindahkan kesan siswa dengan memberikan suatu pelajaran yang membuat siswa dapat menyentuh, mencium atau merasakan.
h. gunakan gerakan, sikap tubuh, dan perubahan nada suara dengan berjalan di antara siswa-siswa, berbicara pelan, dan kemudian lebih tegas.
i. hindari tinkah laku yang mengacau seperti mengetuk-ngetuk meja dengan pensil atau menarik-narik rambut kita.[10]
2) Mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak biasa
3) Belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru
4) membantu siswa mengingat kembali innformasi yang telah dipelajari sebelumnya
5) Membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi.
- Metode:
1. Metode ceramah:
Sebaiknya tidak mendominasi dalam proses belajar mengajar mata pelajaran ini. Guru sedikit menyampaikan dalam ceramah singkat sekedar pembuka awal proses belajar mengajar untuk membacakan dan memberi arti QS al-Mukminun 12-14.
2. Metode diskusi:
Setelah guru sedikit berceramah, anak didik diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan kawan-kawan sebayanya tentang inti QS al-Mukminun dan berpikir lebih jauh tentang bagaimana relevansi QS al-Mukminun dengan ilmu pengetahuan yang ada sekarang.
3. Metode Tanya Jawab
Ketika diskusi sudah cukup, guru memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal yang belum bisa dijawab di diskusi kelompok.
4. Metode audio Visual
Metode ini digunakan agar anak didik bisa melihat secara langsung proses kejadian manusia secar ilmiah melalui CD film, sehingga mereka bisa membuktikan dan memikirkan kebenaran ayat al-Qur’an serta adanya kecocokan antara ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah dengan al-Qur’an. Dengan tujuan agar mereka bisa merasakan keagungan Tuhan semesta alam.
5. Metode Karya wisata
Sebagaimana prosedur metode karya wisata, bahwasannya pada akhir karya wisata harus diminta laporannya, baik lisan maupun tulisan yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karya wisata.[11]
Karya wisata yang ingin diterapkan dalam metode pembelajaran mata pelajarn ini adalah karya wisata yang bersifat alamiah. Peserta didik tidak hanya diajak untuk belajar dan berfikir tentang proses kejadian manusia saja, akan tetapi mereka juga diajak untuk melihat, mengamati dan memikirkan ciptaan Tuhan yang lainnya, yaitu keindahan alam sehingga mereka bertafakkur, kagum dan mengakui kehebatan Sang Pencipta Alam semesta yang menggerakkan seluruh komponennya.

Akal dan rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukkan dunia. Tetapi jangan sampai mempertuhankan akal. Karena hal itu akan menggelincirkan keimanan tehadap ajaran agama. Sebaliknya, akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.dengan begitu, keyakinan tehadap agama yang dianut bertambah kokoh.[12]

- Evaluasi :
Evaluasi pada mata pelajaran ini berbentuk tugas individu dan kelompok. Tugas individu diberikan setelah metode audio visual dan karya wisata dilaksanakan. Guru dapat melihat sejauh mana anak didik dapat memikirkan keagungan Tuhan dengan membaca tugas tersebut yang berbentuk laporan, tetapi tidak hany itu saja, guru juga harus memperhatikan perubahan tingkah laku tiap-tiap individu antara sebelum dan sesudah menerima pelajaran tersebut.


BAB III
PENUTUP

Pada detik ini ranah yang dicapai hanya ranah kognitif saja, itupun tidak maksimal, karena tidak sampai membawa anak didik bertafakkur, mengagumi ciptaan Allah dan mengakui bahwa Allah yang menggerakkah seluruh semesta alam.
Metode adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi mencapai tujuan yang diinginkan. Penggunaan metode yang tepat untuk materi yang tepat pula ketika disampaikan akan dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Sebagaimana yang telah ada diatas, sudah seharusnya anak didik diajak untuk memikirkan ciptaan Allah secara mendalam dengan rasio. Dengan rasio tidak untuk menjadikannya jauh dari Allah atau mengkufuri segala nikmat yang Allah berikan, tetapi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan mengetahui kebenaran ayat al-Qur’an setelah dibuktikan secara ilmiah.
Dalam evaluasipun demikian, sampai saat ini sistem evaluasi yang diterapkan adalah hanya menyentuh ranah kognitif secara dangkal saja. Karena ranah yang paling mudah untuk diuji adalah ranah kognitif yaitu akal. Tapi bagaimana kemudian penilaian pada ranah kognitif menjadi bermutu, ialah dengan perubahan tingkah laku anak didik. Ketika materi sudah benar-benar dipahami oleh anak didik dan terinternalisasi pada diri anak didik, maka secara otomatis tingkah lakupun akan berubah menjadi lebih baik. Jadi, sistem penilaian tidak hanya berkutat pada soal-soal ujian, akan tetapi juga pada behavior/akhlak anak didik.


DAFTAR PUSTAKA

Marwan Al-Kadiri, Keseimbangan antara kebutuhan akal, jasmani, dan rohani, Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995
Sri Esti W. Dj, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006
Syaiful bahri dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2002

[1] Sri Esti W. Dj, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), hal.149
[2] Ibid, hal. 149
[3] Ibid. hal. 150
[4] Ibid, hal. 150-155
[5] Ibid, hal. 159-162
[6] Ibid, hal. 163-167
[7] Ibid, hal. 167-170
[8] Ibid, hal. 170-178
[9] Marwan Al-Kadiri, Keseimbangan antara kebutuhan akal, jasmani, dan rohani, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004), hal. 101-103.
[10] Ibid, hal. 160
[11] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), hal. 88
[12] Syaiful bahri dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2002), hal.76